Kebun Raya Bogor dari Masa Ke Masa

10/12/2015 08:52:00 AM
Kebun Raya Bogor merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513), Raja Kerajaan Sunda, yang tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu dibuat untuk menjaga kelestarian lingkungan yaitu tempat pemeliharaan benih benih kayu yang langka. Di samping samida di Bogor ini dibuat juga samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor yaitu Hutan Ciung Wanara. Samida ini dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, sampai Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di satu sudut Samida ini pada pertengahan abad ke-18.

Kebun Raya Bogor



Pada awal tahun 1800 Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor serta punya minat besar pada botani, mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi kebun yang cantik. Dengan bantuan ahli botani, W. Kent - yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah sejarah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang ini.

Ide pendirian Kebun Raya Bogor berkembang setelah seorang ahli biologi, Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Ia mengungkapkan keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun raya yang lain.

Pada tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s'Lands Plantentuinte Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent dari Kebun Botani Kew di Richmond, Inggris. Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang hijrah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan, kemudian memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg. Reinwardt juga menjadi perintis di bidang herbarium, sehingga ia juga yang mendirikan Herbarium Bogoriense.

Dalam tanah sekitar 47 hektar di sekitar Istana Bogor ini, Reinwardt menggunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari beragam tempat di Nusantara antara tahun 1817 sampai 1822. Sejak saat itu, Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan lebih dari 900 tanaman hidup ditanam di kebun raya bogor.



Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, dibantu oleh Justus Karl Haßkarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia). Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.



Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).

Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.  (Berita Bogor)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »