Maulid Nabi di Empang Bogor -Di bulan Rabiulawal, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, di berbagai tempat berlangsung peringatan Maulid Nabi. Di Indonesia Maulid Nabi diperingati sampai dua bulan kemudian.
Di antara penyelenggara Maulid ini adalah Masjelis Taklim Habib Ali Kwitang . Ada yang khas untuk peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan di Masjelis Taklim ini yaitu berupa hidangan beratus-ratus nampan nasi kebuli. Tiap nampan untuk lima atau enam orang. Mereka makan bersama dari satu nampan tanpa piring. Tidak diketahui apakah ini mencontoh kebiasaan di Hadramaut. Menurut Habib Abdurahman, hidangan nasi kebuli pada peringatan Maulid Nabi telah dimulai pada masa Habib Ali Alhabsyi, ulama kelahiran Kwitang tahun 1869. Dia memuji kelezatan kebuli Kwitang, yang tidak ada duanya, bukan hanya di Jakarta tapi di Indonesia. ”Kunci kelezatannya ada pada minyak samin yang saya olah sendiri yang tidak kalah dengan samin dari Arab dan Hyderabad India,” katanya.
Nasi kebuli diyakini berasal dari India ketika para imigran Hadramaut pada abad ke-18 sebelum ke Nusantara terlebih dulu singgah cukup lama di Gujarat. Dugaan itu diperkuat oleh fakta bahwa makanan pokok di Hadramaut bukan nasi tapi roti gandum. Setiba di Indonesia mereka membuat nasi kebuli yang sehari-hari biasa mereka nikmati di Gujarat. Nasib kebuli Kwitang, menurut Habib Abdurahman, untuk bumbunya saja dia mencampur 29 macam rempah. Meskipun nasi kebuli Kwitang paling top, tapi tidak dikomersilkan.
Pada masa hidupnya, Habib Ali bersama gurunya, Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Empang-Bogor), telah mengatur adanya Pekan Maulid Nabi di Jakarta dan Bogor. Seperti di Kwitang, pada hari Rabu berlangsung Maulid Nabi di Bogor. Kemudian, pada Sabtu di Al-Hawi, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada hari Ahad di Masjid Luar Batang, Pasar Ikan, dan Senin di Masjid Kampung Bandan, Jakarta Utara.
Ada hidangan yang tidak terdapat di tempat lain, selain pada acara Maulid Nabi di Kwitang. Yaitu, hidangan kharissadari kata muaris (penganten). Makanan ini disediakan untuk santap Jumat pagi setelah Maulid Subuh. (Berita Bogor)
Di antara penyelenggara Maulid ini adalah Masjelis Taklim Habib Ali Kwitang . Ada yang khas untuk peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan di Masjelis Taklim ini yaitu berupa hidangan beratus-ratus nampan nasi kebuli. Tiap nampan untuk lima atau enam orang. Mereka makan bersama dari satu nampan tanpa piring. Tidak diketahui apakah ini mencontoh kebiasaan di Hadramaut. Menurut Habib Abdurahman, hidangan nasi kebuli pada peringatan Maulid Nabi telah dimulai pada masa Habib Ali Alhabsyi, ulama kelahiran Kwitang tahun 1869. Dia memuji kelezatan kebuli Kwitang, yang tidak ada duanya, bukan hanya di Jakarta tapi di Indonesia. ”Kunci kelezatannya ada pada minyak samin yang saya olah sendiri yang tidak kalah dengan samin dari Arab dan Hyderabad India,” katanya.
Nasi kebuli diyakini berasal dari India ketika para imigran Hadramaut pada abad ke-18 sebelum ke Nusantara terlebih dulu singgah cukup lama di Gujarat. Dugaan itu diperkuat oleh fakta bahwa makanan pokok di Hadramaut bukan nasi tapi roti gandum. Setiba di Indonesia mereka membuat nasi kebuli yang sehari-hari biasa mereka nikmati di Gujarat. Nasib kebuli Kwitang, menurut Habib Abdurahman, untuk bumbunya saja dia mencampur 29 macam rempah. Meskipun nasi kebuli Kwitang paling top, tapi tidak dikomersilkan.
Pada masa hidupnya, Habib Ali bersama gurunya, Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Empang-Bogor), telah mengatur adanya Pekan Maulid Nabi di Jakarta dan Bogor. Seperti di Kwitang, pada hari Rabu berlangsung Maulid Nabi di Bogor. Kemudian, pada Sabtu di Al-Hawi, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada hari Ahad di Masjid Luar Batang, Pasar Ikan, dan Senin di Masjid Kampung Bandan, Jakarta Utara.
Ada hidangan yang tidak terdapat di tempat lain, selain pada acara Maulid Nabi di Kwitang. Yaitu, hidangan kharissadari kata muaris (penganten). Makanan ini disediakan untuk santap Jumat pagi setelah Maulid Subuh. (Berita Bogor)
EmoticonEmoticon