Dramaga Jadi Kampus IPB - Kampung Dramaga sejak 1 September 1963 telah menjadi Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Dramaga dalam bahasa Sunda artinya Pelabuha. Bagaimana mungkin ada pelabuhan di kota Bogor? Ternyata pada masa Pakuan Pajajaran terdapat pelabuhan penting di Kampung ini. Pelabuhan ini arus barang dibawa dengan perahu. Komoditas yang dibawa perahu terdiri dari lada, kopi dan kapulaga. Dari pelabuhan ini melalui kali Cihideung dibawa ke Sunda Kalapa.
Johannes Rach, seorang perwira dan juga pelukis VOC mengambil gambar kampung Dermaga pada 1772 saat mengikuti perjalanan Gubernur Jenderal Van der Parra meninjau kegiatan arus barang komoditas di Dermaga. Gubernur Jenderal bersama istrinya dalam gambar ini tampak tengah dipayungi saat menuju Dermaga Kali Cihideung. Kala itu angkutan di dominasi melalui sungai.
Dalam gambar tampak sepasukan tentara dengan memegang lembing berbaris siap memberi hormat kepada gubernur jenderal dan rombongan. Di belakangnya tampak sejumlah kapal layar dengan empat bendera (Belanda): merah, putih dan biru tengah merapat di kali Cihideung. Inilah yang menyebabkan kawasan ini dinamakan Dermaga sampai sekarang. Dalam gambar goresan tangan pelukis Rach terlihat betapa sibukya kegiatan bongkar muat di Dermaga pada abad ke-18. Terlihat sejumlah gerobak sado yang membawa dan mengangkut barang sementara di tepi sungai terlihat kantor bea cukai dan tempat menyimpan berbagai komoditas.
Komoditas dibawa melalui sungai Cihideung, kali Cideng - orang Jakarta menyebutnya, lalu berbelok di kali Opak, seterusnya tiba di Kali Besar. Di sini komoditas itu dilelang kepada para pembeli yang datang dari mancanegara. Begitu pentingnya dermaga Bogor saat itu, sampai membuat gubernur jenderal sendiri melakukan peninjauan ke pelabuhan sungai (dramaga) tersebut. Menurut majalah ‘Kita Sama Kita’, komoditas pertanian tersebut dihasilkan oleh para petani dan pedagang Tionghoa di Leuwiliang di Ciampea, Bogor. (Berita Bogor)
Johannes Rach, seorang perwira dan juga pelukis VOC mengambil gambar kampung Dermaga pada 1772 saat mengikuti perjalanan Gubernur Jenderal Van der Parra meninjau kegiatan arus barang komoditas di Dermaga. Gubernur Jenderal bersama istrinya dalam gambar ini tampak tengah dipayungi saat menuju Dermaga Kali Cihideung. Kala itu angkutan di dominasi melalui sungai.
Dalam gambar tampak sepasukan tentara dengan memegang lembing berbaris siap memberi hormat kepada gubernur jenderal dan rombongan. Di belakangnya tampak sejumlah kapal layar dengan empat bendera (Belanda): merah, putih dan biru tengah merapat di kali Cihideung. Inilah yang menyebabkan kawasan ini dinamakan Dermaga sampai sekarang. Dalam gambar goresan tangan pelukis Rach terlihat betapa sibukya kegiatan bongkar muat di Dermaga pada abad ke-18. Terlihat sejumlah gerobak sado yang membawa dan mengangkut barang sementara di tepi sungai terlihat kantor bea cukai dan tempat menyimpan berbagai komoditas.
Komoditas dibawa melalui sungai Cihideung, kali Cideng - orang Jakarta menyebutnya, lalu berbelok di kali Opak, seterusnya tiba di Kali Besar. Di sini komoditas itu dilelang kepada para pembeli yang datang dari mancanegara. Begitu pentingnya dermaga Bogor saat itu, sampai membuat gubernur jenderal sendiri melakukan peninjauan ke pelabuhan sungai (dramaga) tersebut. Menurut majalah ‘Kita Sama Kita’, komoditas pertanian tersebut dihasilkan oleh para petani dan pedagang Tionghoa di Leuwiliang di Ciampea, Bogor. (Berita Bogor)
EmoticonEmoticon